Saturday, February 16, 2008

PENILAIAN HASIL BELAJAR
DI
PERGURUAN TINGGI


Disusun oleh :
Prof. Dr. Ida Bagus Arka
Drs I Nyoman Kajeng Wijaya, Apt.Msi
Ir. Made Ria Defiani, MSc




Tim Inti PEKERTI/AA
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan
Universitas Udayana

2006











DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
II. RUANG LINGKUP PENILAIAN
2.1. Manfaat Penilaian
2.2. Obyek Penilaian
2.3. Tahapan Proses Penilaian.
2.4. Materi Penilaian.

III. PENILAIAN HASIL BELAJAR

3.1. Penilaian Hasil Belajar (Konvensional)
3.2. Instrumen Penilaian ( mutu, validitas dan reliabilitas).
3.3. Perancangan Tes
3.4. Pelaksanaan Tes
3.5. Bentuk Tes
3.6. Frekuensi Tes
3.7. Norma Penilaian
3.8. Pengadministrasian Skor dan Nilai
3.9. Syarat Penilaian
3.10. Perbaikan Nilai
3.11. Etika Penilaian
3.12. Remedi
3.13. Asesmen Alternatif
3.13.1.Asesmen Kinerja :Tugas (Task), Lembar Penilaian (Rubrik)
3.13.2. Asesmen Portofolio
3.14. Indeks Prestasi
3.15.Predikat Kelulusan
3.16.Yudisium
3.17.Wisuda

IV. PENILAIAN PROSES PEMBELAJARAN

4.1. Penilaian Proses Mengajar Dosen
4.2. Penilaian Proses Belajar Mahasiswa

V. PENUTUP

VI. DAFTAR PUSTAKA

VII. LAMPIRAN




BAB I
PENDAHULUAN
I.
TIU : Dosen mampu menguraikankan peranan Penilaian Hasil Belajar dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di Perguruan Tinggi.
TIK : Dosen :
1. Dapat menjelaskan bahwa penilaian selalu harus dilakukan dalam setiap profesi
dalam kehidupannya, misalnya oleh dokter, hakim, polisi lalu lintas, guru dan dosen sendiri.
2. Dapat menjelaskan tahap paling awal yang perlu dilakukan dalam penilaian hasil
belajar.
3. Dapat menguraikan bahwa disamping Penilaian Hasil Belajar yang konvensional.
Ada Penilaian Hasil Belajar alternatif, penilaian proses pembelajaran dan penilaian
instititusi termasuk akreditasi program studi dan jurusan..

Keberagaman cara penilaian/penilaian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi, perlu dicarikan kaidah emperik dan kaidah ilmiah sebagai acuan, sehingga terhindar dari kelemahan-kelemahan dan kesenjangan-kesenjangan yang tidak diinginkan. Pengetahuan dan pelatihan mengenai Penilaian Hasil Belajar di Perguruan Tinggi disebar luaskan melalui program Akta Mengajar V, Pengembangan Keterampilan Teknik Dasar Instruksional (PEKERTI) dan Applied Approach (Ancangan Aplikasi /AA).
Dalam ranah kognitif Bloom, penilaian terletak pada tangga tertinggi, yaitu C6 (penilaian), setelah menapaki tangga-tangga lebih rendah yang harus dilaluinya, yaitu C5 (sintesis), C4 (analisis), C3 (aplikasi), C2 (pemahaman) dan C1 (pengetahuan). Seseorang baru dapat melakukan penilaian, setelah memiliki pengetahuan, pemahaman, analisis dan sintesis terhadap sesuatu materi.
Penilaian, sinonimnya adalah penilaian atau pengujian. Dalam kehidupan sehari-hari orang selalu mengadakan penilaian. Penilaian diadakan untuk membandingkan sesuatu keadaan atau materi dengan bakunya. Profesi dokter, polisi, guru, dosen dan lain sebagainya selalu melakukan penilaian terhadap sesuatu hal yang merupakan garapan terkait dengan profesinya tersebut.
Dokter mengadakan penilaian terhadap pasiennya dengan bantuan alat-alat ukur yaitu pancaindra, serta instrumen kebendaan lainnya misalnya stetoskup, tensimeter, termometer, intrumen rontgen dan lain sebagainya untuk menilai atau mendiagnosa apakah penyakit yang diidap oleh pasiennya itu. Polisi mengadakan penilaian dengan bantuan meteran untuk mengukur tempat kejadian kecelakaan lalu lintas, atau bantuan laboratorium forensik untuk identifikasi mayat yang misterius. Guru terutama dosen, yang mempunyai tiga tugas sesuai tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan serta pengajaran, penelitian dan pengabdian masyartakat, maka pada tugas pendidikan serta pengajaran, dosen bertindak sebagai perencana, pelaksana sekaligus penilai jalannya program perkuliahan maupun praktikum.
Dalam profesi Dosen, maka proses penilaian dilakukan dalam 3 tahapan,
Yaitu : tahap pertama, perencanaan penilaian, tahap kedua, pengukuran dan tahap ke tiga penilaian. Penilaian dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu pertama, PENILAIAN HASIL BELAJAR, dan kedua, penilaian proses belajar mengajar. PENILAIAN HASIL BELAJAR ditujukan untuk mengukur seberapa jauh tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dan Tujuan Instruksional Umum (TIU) telah dapat dikuasai oleh mahasiswa. Penilaian Hasil Belajar ini biasanya hanya terfokus kepada pengukuran penguasaan aspek kognitif saja dari mahasiswa. Dalam merencanakan PENILAIAN HASIL BELAJAR mahasiswa, maka paling awal dosen perlu membuat kisi-kisi (matriks) tes sebelum dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya.
Disamping cara PENILAIAN HASIL BELAJAR yang konvensional ini, ada cara PENILAIAN HASIL BELAJAR lain yang disebut dengan asesmen alternatif, yang dirancang untuk dapat mengukur aspek kognitif, aspek psikomotorik dan aspek afektif yang dikuasai oleh mahasiswa. Asesmen alternatif adalah suatu penilaian yang mengintegrasikan pengukuran hasil belajar dengan keseluruhan proses pembelajaran, suatu penilaian kinerja prilaku mahasiswa secara multidimensional pada situasi nyata, suatu proses perolehan, penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam proses maupun produk.
Asesmen alternatif ada dua jenis, yaitu asesmen kinerja dan asesmen portofolio. Asesmen kinerja adalah suatu penilaian yang mengharuskan mahasiswa mempertunjukkan performans. Asesmen kinerja dirancang menggunakan instrumen Tugas (task) dan Lembar kriteria penilaian (rubrik). Asesmen kinerja dilakukan pada penilaian praktikum, ko-asistensi, pendidikan spesialis, pembuatan skripsi/thesis/disertasi, pendidikan seni rupa, seni tari, seni suara, seni tabuh, seni pedalangan dan lain sebagainya. Sedangkan asesmen portofolio adalah penilaian yang terdiri dari kumpulan hasil karya mahasiswa yang disusun secara sistematik yang menunjukkan dan membuktikan upaya belajar, hasil belajar, proses belajar dan kemajuan mahasiswa dalam kurun waktu tertentu. Tiga tahapan dalam asesmen portofolio yalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penilaian. Asesmen portofolio baik dilaksanakan bagi matakuliah yang menghasilkan karya nyata yang otentik misalnya seni lukis, seni patung, karangan/karya tulis dan semua matakuliah sejenis.
Penilaian proses belajar mengajar terdiri dari dua kategori, yaitu pertama Penilaian Proses Mengajar-nya Dosen, dan yang kedua juga Penilaian Proses Belajarnya Mahasiswa. Dengan intrumen yang dipersiapkan berupa lembar penilaian, proses mengajar dosen dapat dinilai oleh responden mahasiswa dikelasnya, dan rekan-rekan dosen yang lain. Penilaian proses belajarnya mahasiswa dengan menggunakan lembar penilaian yang dilakukan oleh dosen, yang diisi oleh mahasiswa dikelasnya atau lembar penilaian khusus yang diisi oleh dosen untuk mengetahui kriteria-kriteria tertentu proses belajarnya mahasiswa.
Menurut SK Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep/2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, menjelaskan bahwa mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan merupaka matakuliah wajib dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi. Dalam pasal 5 tentang Metodologi Pembelajaran diberikan rambu-rambu bahwa bentuk aktivitas proses pembelajaran adalah: kuliah tatap muka, ceramah, dialog (diskusi) interaktif, studi kasus, penugasan mandiri, seminar kecil dan penilaian proses belajar. Esensi dari penilaian proses belajar pada kelompok mata kuliah kepribadian ini, menurut hemat kami dapat dilakukan dengan menerapkan asesmen kinerja, dan penilaian proses belajarnya mahasiswa. Diharapkan para pengampu matakuliah kepribadian ini khususnya di Unit Pelaksana Teknis Matakuliah Umum (MKU) Universitas Udayana terjadi kesepakatan-kesepakatan untuk melaksanakan acuan yang tertuang dalam SK Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep/2002 tersebut.
Pada Institusi Pendidikan Tinggi, disamping penilaian yang merupakan bagian integral dengan perkuliahan, praktikum, ko-asistensi, program spesialis, karya ilmiah skripsi, thesis dan disertasi yang dilakukan oleh dosen, maka terdapat tiga jenis penilaian lagi yang menjadi tanggung jawab kelembagaan, dalam hal ini yalah Fakultas/Jurusan/Program Studi, Universitas dan Depdiknas. Penilaian tersebut adalah penilaian terhadap satuan pendidikan semua jenjang, penilaian tenaga kependidikan dan akreditasi.
Dalam Buku ini akan disimak landasan mengapa penilaian perlu dilakukan, jenis-jenis penilaian, bentuk penilaian, persyaratan melaksanakan penilaian, tahapan pelaksanaan penilaian, pengadministrasian skor dan nilai yang dilakukan oleh seorang dosen sebagai pengampu mata kuliah sedangkan penilaian oleh kelembagaan berupa penilaian kurikulum, penilaian sarana dan prasarana pendidikan, penilaian sumber daya manusia kependidikan perguruan tinggi, dan akreditasi Fakultas/Jurusan/Program Studi di Universitas Udayana akan dijelaskan pada naskah-naskah lainnya.

Tugas latihan :

1. Berikan penjelasan, dalam ranah Bloom Penilaian terletak pada tangga kognitif ke berapa?
2. Mengapa Evalusi harus dilakukan oleh setiap profesi dalam kehidupannya di masyarakat, termasuk profesi guru dan dosen.
3. Apakah yang harus dipersiapakan paling awal oleh seorang dosen dalam melakukan Penilaian Hasil Belajar?
4. Sebutkan Penilaian Hasil Belajar selain penilaian yang konvensional.
5. Apakah penilaian proses pembelajaran dan penilaian intitusional itu?


BAB II

RUANG LINGKUP PENILAIAN


TIU : Dapat menguraikan ruang lingkup penilaian dalam proses dan produk
pembelajaran di Perguruan Tinggi.
TIK : 1. Dapat menjelaskan masing-masing ketiga manfaat penilaian dalam
proses pembelajaran.
2. Dapat merinci masing-masing dari ketiga komponen obyek
penilaian, yaitu yang meliputi masukan (input), proses dan keluaran
(output).
3. Dapat menjelaskan masing-masing ke-enam tahapan proses
penilaian.
4. Dapat menguraikan program meta-penilaian atau meta-evaluasi.



2.1. Penilaian dalam Pendidikan dan Pengajaran.

Secara umum, ada dua macam penilaian yang kita kenal dalam pendidikan dan pengajaran, yakni Penilaian Hasil Belajar (disebut juga Penilaian Substantif, atau sering pula populer dengan sebutan Tes dan Pengukuran Hasil Belajar), dan Penilaian Proses Pembelajaran, yang disebut juga sebagai Penilaian Manajerial.

Kedua macam penilaian tersebut merupakan komponen¬ yang sangat penting dalam suatu Proses Belajar Mengajar (PBM) sebab berbagai masukan yang diperoleh dan proses penilaian tersebut dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan ke!emahan berbagai komponen yang terdapat dalam suatu PBM. Informasi tersebut berguna dalam memperbaiki kualitas PBM. Hasil-hasil penilaian bermanfaat dalam mengoptimalkan proses belajar mahasiswa.
Penilaian menempati posisi yang sangat strategis dalam proses pembelajaran, sehingga tidak ada satu pun usaha untuk memperbaiki mutu PBM yang dapat dilakukan dengan baik tanpa disertai langkah penilaian. Tetapi, manfaat penilaian tidak hanya terbatas pada “peningkatan kualitas PBM”, meskipun manfaat ini ada!ah manfaat yang terpenting. Secara umum ada tiga manfaat penilaian dalam PBM, yaitu: (1) memahami sesuatu; (2) membuat keputusan; dan (3) meningkatkan kualitas PBM.

2.1.1. Memahami sesuatu
Seorang dosen membutuhkan berbagai informasi tentang sesuatu agar proses perkuliahan yang akan dilakukan akan berjalan secara optimal. Misalnya, seorang dosen membutuhkan informasi yang cukup tentang calon mahasiswa yang akan diajamya sehingga mampu menentukan pengetahuan awal -(entry behavior) yang dimiliki mahasiswa atau hal-hal lain secara tepat.Dosen mungkin juga melakukan penilaian terhadap keberadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam perkuliahan. Dosen juga merasa perlu memahami dirinya sendiri, yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan-peetanyaan berikut:

(1). Apakah ada hal-hal yang perlu saya lakukan untuk meningkatkan diri saya sebagai dosen?
(2). Apakah perkuliahan berikutnya akan sama saja dengan perkuliahan yang sudah saya lakukan selama 15 tahun terakhir ?
(3). Apakah persiapan saya dalam semester berikut sudah cukup memadai?

2.1.2. Membuat keputusan
Seorang dosen dapat melakukan penilaian PBM mennyeluruh hanya setelah perkuliahan selesai (di akhir semester). Hal tersebut tidak ada salahnya dan sangat dianjurkan dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas PBM di perkuliahan berikutnya.
Beberapa contoh pertanyaan yang biasa diajukan dosen adalah:
(1). Bagaimana pendapat mahasiswa terhadap PBM selama satu semester mi?
(2). Apakah PBM selama satu semester mi sesuai dengan rencana PBM yang sudah saya buat di awal semester? Jika ada perubahan, apakah bentuk perubahan itu dan mengapa terpaksa berubah?
(3). Apakah tim dosen dalam mata kuliah telah bekerja dengan baik dan kompak?

Semua jawaban terhadap pertanyaan di atas dapat digunakan untuk membuat keputusan, misalnya, apakah tim dosen yang sekarang ada perlu diperbaiki formasinya, apakah strategi PBM yang dipakai perlu diganti dengan yang lain, atau apakah cara mengajar dosen perlu diubah.

2.1.3. Meningkatkan Kualitas PBM
Sebagian atau seluruh hasil penilaian akhir semester dapat digunakan sebagai bahan renungan untuk memperbaiki PBM pada perkuliahan berikutnya. Beberapa contoh pertanyaan¬ yang penting diajukan antara lain:
(1). Apakah memang ada duapuluh persen atau lebih mahasiswa temyata gagal lulus dalam mata kuliah. Apakah penyebabnya?
(2). Sebagian besar mahasiswa (melalui jawaban kuesioner) mengatakan bahwa saya sangat menguasai materi perkuliahan. Tetapi, sebagian besar juga mengatakan bahwa cara mengajar saya kurang sistematik. Benarkah kesimpulan mahasiswa ? Jika benar, bagaimana perkuliahan yang mana yang tidak sistematik?
(3). Mahasiswa mengatakan bahwa saya tidak menggunakan media instruksional dengan baik. Apa yang perlu saya lakukan untuk memperbamki keadaan ?

2.2. Obyek Penilaian
Secara lengkap, suatu proses pembelajaran mencakup tiga komponen, yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output).
Contoh (obyek) yang perlu dipenilaian yang termasuk input adalah:

Mahasiswa (Bagaimana entry behavior yang dimiliki mahasiswa?)
Materi perkuliahan (Apakah bahan perkuliahan yang akan digunakan dalam mata kuliah cukup relevan dan mutakhir?)
Sarana perkuliahan (Apakah ruang kuliah cukup memadai? Apakah bahan-bahan dan alat-alat praktek sudah tersedia?).
Dosen (Apakah semua anggota tim dosen sudah memahami tugas dan kewajiban mereka dalam mata kuliah ?)
Kurikulum (Apakah isi Garis-garis Besar Program Pengajaran tidak perlu direvisi?)
Strategi perkuliahan (Strategi apakah yang paling cocok untuk mata kuliah ini?)

Contoh-contoh obyek yang perlu dipenilaian yang termasuk dalam komponen proses adalah:

Strategi perkuliahan (Apakah strategi yang digunakan dalam mata kuliah telah terbukti efektif?)
Media Instrukslonal (Apakah media yang ada telah dimanfaatkan secara optimal?)
Cara mengajar dosen (Apakah cara mengajar dosen dalam mata kuliah telah berhasil membantu mahasiswa belajar secara balk?)
Cara belajar mahasiswa (Apakah cara belajar mahasiswa dalam mata kuliah efektif)

Obyek penilaian yang termasuk dalam komponen output adalah hasil belajar mahasiswa (Bagaimana prestasi mahasiswa dalam mata kuliah ?). Dalam hal ini, penilaian terhadap komponen terakhir umumnya dilakukan terpisah dengan objek penilaian lainnya. Penilaian terhadap output PBM adalah Penilaian Hasil Belajar mahasiswa dan disebut sebagai “Tes dan pengukuran basil belajar”.

2.3. Enam Tahapan Proses Penilaian

Secara umum, ada enam tahapan yang hampir selalu dilalui dalam suatu proses penilaian, yakni penentuan tujuan penilaian, desain penilaian, pengembangan instrumen, pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, dan semua langkah tersebut ditutup dengan kegiatan tindak lanjut. Proses tersebut terbentuk dalam enam tahapan yang lengkap.

Tahap Pertama: Penentuan Tujuan Penilaian

Pada tahap pertama, semua tujuan penilaian ditentukan. Proses ini sangat penting sebab tahap inilah yang akan sangat menentukan corak dan proses penilaian secara keseluruhan. Dengan tujuan-tujuan yang jelas maka langkah-langkah berikutnya dapat dengan mudah diramalkan.
Formulasi tujuan tidak harus berbentuk peryataan, tapi bisa juga dalam bentuk pertanyaan. Yang penting, tujuan harus jelas sehingga mampu ‘menjelaskan dirinya sendiri’dan terjabarkan dalam bahasa dan langkah operasional sehingga mudah dipahami, dilaksanakan dan diukur.

Beberapa contoh tujuan penilaian:
Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap kemampuan dosen dalam hal menyelenggarakan PBM?
Menurut mahasiswa dan rekan-rekan dosen, apakah media yang saya gunakan dalam PBM sudah
sesuai dengan kebutuhan, serta efisien-efektif?
Tujuan penilaian mi adalah untuk mencari masukan dan administrator, rekan dosen, dan mahasiswa tentang masalah-masalah yang biasa muncul dalam kegiatan KKN.
Untuk memudahkan pekerjaan, suatu matriks dapat dibuat yang berisi informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan tahap penentuan tujuan. Pada tahap ini, matriks yang dimaksud hanya berisi tiga kolom, yaitu kolom nomor, informasi yang dibutuhkan, dan indikator.

Tahap Kedua: Desain Penilaian

Indikator penguasaan dosen terhadap materi kuliah, kemampuan menjelaskan, kemampuan bertanya, kemampuan dosen berdialog dengan mahasiswa, kemutakhiran bahan bacaan, sistematika urutan materi kuliah, mutu tugas/latihan, mutu soal-soal ujian, dan lainnya.
Jika tujuan penilaian sudah ditentukan, maka tahap berikutnya, perancangan (desain) penilaian mulai dilakukan. Ada dua hal yang diperlukan, yakni pendekatan penilaian apa yang paling tepat agar tujuan-tujuan penilaian yang sudah ditentukan dapat tercapai secara optimal dan siapa yang akan melakukan penilaian.
Penilaian ini bisa dilakukan oleh orang luar (external evaluator) atau orang dalam (internal evaluator). Jika penilaian dilakukan oleh orang luar (konsultan, ahli penilaian yang disewa, dosen lain, mahasiswa dan sebagainya), maka proses penilaian akan berjalan secara lebih objektif dan akan memberikan hasil yang lebih objektif. Kerugiannya, proses penilaian akan lebih lama dan bertele-tele. Disamping itu, ketenlibatan orang luar akan dianggap sebagai intervensi terhadap urusan dosen bersangkutan sehingga otonomi dosen terganggu.
Jika orang dalam (misalnya dosen itu sendiri) yang mengadakan penilaian, proses penilaian akan lebih cepat dilakukan dan lebih sedikit memakan biaya. Tapi kemungkingan akan memberikan hasil yang lebih subjektif. Untuk mencegah beberapa kelemahan yang ada, biasanya orang dalam dan orang luar dipakai bersama-sama.

Tahap Ketiga: Pengembangan Instrumen Penilaian

Setelah tujuan penilaian dan desain diselesaikan, tahap selanjutnya adalah membuat instrumennya. Ada empat macam instrumen yang digunakan dalam suatu penilaian PBM, yakni kuesioner, interviu, observasi, dan reviu dokumen.
Pertanyaan-pertanyaan interviu bersifat terbuka dan fleksibel. Observasi atau pengamatan sudah cukup populer. Sedangkan reviu dokumen adalah cara menggali informasi dengan jalan meneliti berbagai dokumen (kurikulum, buku teks, rencana mengajar, peraturan-peraturan tertulis dan sebagainya).

Tahap Keempat: Pengumpulan Data
Data atau informasi bisa terkumpul hanya jika sumber informasi mau memberikan informasinya kepada evaluator. Hal tersebut bergantung pada macam informasi yang hendak dikumpulkan. Ada informasi deskriptif seperti peraturan-peraturan, kebijakan, rencana, dan lainnya yang kesemuanya secara objektif sudah ada.Tapi ada pula jenis informasi berupa penilaian seperti pendapat, kepercayaan, nilai-nilai yang dianut, yang lebih bersifat subjektif. Maka, tidak berlebihan jika evaluator juga dituntut untuk mempunyai keterampilan berkomunikasi yang balk.
Evaluator juga dituntut untuk memiliki sifat kreatif. Kreatif dalam berkomunikasi, kreatif dalam hubungan masyarakat, kreatif dalam menggunakan sarana yang ada untuk mencapai tujuan penilaian seoptimal mungkin. Jarang terjadi seorang evaluator mendapatkan semua sarana yang dia butuhkan. Dalam kenyataan sehari-hari,selalu terdapat kekurangan-kekurangan seperti kurangdana, kurang waktu, kurang bantuan moral, dan bahkan tidak jarang evaluator menghadapi tantangan yang sifatr yang jelas, frontal, tidak tanggung-tanggung.

Tahap Kelima: Analisis dan lnterpretasi Data

Langkah berikutnya adalah menganalisis dan menafsirkan data yang terkumpul. Proses menganalisis data dapat dilakukan dengan lebih cepat dan lebih mudah. Meskipun demikian, tingkat kerumitan analisis dan interpretasi data juga tergantung dari keluasan tujuan penilaian dan kerumitan instrumen. Jika tujuan penilaian sederhana, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data juga sangat sederhana, maka analisis dan interpretasi data juga akan sangat sederhana.
Tetapi, jika program komputer untuk menganalisis data tersedia, maka proses data akan berlangsung cepat dan (biasanya) lebih teliti.




Tahap Keenam: Tindak Lanjut

Sedikitnya ada tiga hal yang dapat dilakukan setelah proses penilaian selesai dilaksanakan, yaitu: (1) melaporkan hasil penilaian, (2) mengambil keputusan instruksional, dan (3) mengadakan meta penilaian atau meta evaluasi.

(1) Pelaporan
Adakalanya hasil penilaian harus dilaporkan atau tidak. Jika hasil penilaian harus dilaporkan, maka harus penilaian ditentukan bagaimana dan kepada siapa hasil itu dilaporkan. Proses tersebut tidak selalu mudah dilakukan. Kalau pun tidak sukar menentukan bagaimana, seringkali tidak mudah menentukan apa yang perlu dilaporkan dan kepada siapa laporan itu ditujukan. Beberapa informasi mungkin hams diketahui oleh beberapa orang seperti Dekan, Ketua Jurusan, dsb. Tapi informasi yang sama mungkin tidak ada gunanya diketahui oleh personil yang mempunyai tingkatan jabatan lebih rendah.

(2) Mengambil keputusan instruksional.
Jika hasil penilaian menunjukkan bahwa suatu metode pengajarar tertentu ternyata tidak efektif, maka evaluator seyogianya mengambil tindakan yang perlu untuk memperbaiki kekurangan yang ada, jika perlu mengganti sama sekali metode yang tidak efektif itu dengan metode lain.

(3) Meta Evaluasi
Evaluasi terhadap penilaian inilah yang disebut meta evaluasi atau meta penilaian. Dalam hal ini, perlu dijawab apakah proses penilaian telah berjalan sesuai dengan rencana, apakah semua tujuan penilaian sudah tercapai, dan sebagainya. Orang luar atau orang dalam dapat mengadakan meta penilaian ini. Dari semua langkah dalam proses penilaian, langkah terakhir inilah yang paling jarang dilakukan. Dalam banyak hal, proses penilaian dianggap selesai jika hasil penilaian telah dilaporkan. Meta penilaian baru direncanakan bila terdapat hasil-hasil penilaian yang dirasa tidak sesuai dengan harapan atau hasil penilaian begitu buruknya atau sebaliknya yang memungkin klien akan bertanya tentang metode yang dipakai atau evaluatomya yang tidak kompeten, atau ada faktor-faktor lain yang dicurigai. Dalam proses yang ideal, meta penilaian harus tetap dilakukan.

Tugas latihan :
1. Sebutkan dua jenis penilaian yang kita kenal dalam pendidikan dan pengajaran. Jelaskan masing-masing jenis penilaian tersebut.
2. Jelaskan mengapa penilaian menempati posisi sangat strategis dalam proses pembelajaran.
3. Jelaskan masing-masing ketiga manfaat penilaian dalam proses belajar mengajar.
4.

Di Indonesia, penilaian pendidikan belum populer karena beberapa hal. Pertama, kata penilaian itu masih dianggap mempunyai konotasi negatif dan dianggap sama dengan proses mencari kesalahan orang lain atau yang semacàm itu. Kedua, secara historis, paling tidak di dunia pendidikan, proses penilaian belum menjadi bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tes dan pengukuran basil belajar mahasiswa jelas hanya secuplik dan proses penilaian itu. Jika diadakan suatu program pendidikan, misalnya, jarang terjadi penilaian program dilibatkan dengan sungguh-sungguh dalam proses perencanaannya. Maka, jika program tersebut gagal tidak banyak yang kita ketahui, kenapa atau apa yang menyebabkan program tersebut gagal atau berhasil. Ketiga, penilaian pendidikan tidak populer sebab belum banyak evaluator yang benar-benar kompeten dalam bidangnya.
Dari ketiga kendala tersebut, mungkin kendala jenis pertamalah yang paling sulit diatasi sebab masalah itu lebih berhubungan dengan sifat dan sikap serta mental sosial budaya yang dominan dalam masyarakat. Kendala kedua dan ketiga relatif lebih mudah diatasi sebab kedua kendala lebih berhubungan dengan pendidikan formal.

Tugas Latihan :
1.
BAB III
PENILAIAN HASIL BELAJAR

TIU : Mampu menyelenggarakan Penilaian Hasil Belajar konvensional dan Asesmen
alternatif yang sepatutnya.
TIK : 1. Dapat menyelenggarakan Penilaian Hasil Belajar konvensional secara baik.
2. Dapat menkontruksi instrumen penilaian yang bermutu, valid dan reliabel.
3. Dapat merancang tes hasil belajar.
4. Dapat melaksanakan tes hasil belajar.
5. Dapat membedakan berbagai bentuk tes hasil belajar.
6. Dapat menjelaskan frekuensi tes.
7. Dapat menjelaskan norma penilaiaian.
8. Dapat menjelaskan pengadministrasian skor dan nilai tes.
9. Dapat menjelaskan syarat penelian.
10. Dapat menjelaskan mengapa perbaikan nilai tes diperlukan.
11. Dapat menjelaskan seperangkat etika penilaian.
12. Dapat memahami apakah remedi itu.
13. Dapat melakukan asesmen alternatif, yang terdiri dari asesmen kinerja dan asesmen portofolio.
14. Dapat memahami pengertian dan dampak dari indeks prerstasi mahasiswa.
15. Dapat mengkatagorikan predikat kelulusan mahasiswa.
16. Dapat menjelaskan Yudisium
17. Dapat menjelaskan pengertian dan acara wisuda.



Penilaian Hasil Belajar akan dibagi menjadi dua jenis, yaitu Penilaian Hasil Belajar Konvensional dan Asesmen Alternatif, yang berturut-turut akan dibahas sebagai berikut :

3.1. Penilaian Hasil Belajar Konvensional

Dosen dalam Proses Belajar Mengajar mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai perencana, pelaksana dan penilai proses dan hasil belajar mengajar. Penilaian Hasil Belajar yang konvensional yalah penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa yang dilaksanakan oleh dosen untuk mengukur seberapa jauh tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam TIK (Tujuan Instruksional Khusus) dan TIU (Tujuan Instruksional Umum) dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) dan SAP (Satuan Acara Perkuliahan) telah dapat dikuasai oleh mahasiswa.
Tiga tahapan dalam melakukan Penilaian Hasil Belajar, yaitu 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Penilaian.
Pada tahap perencanaan yang perlu dibuat adalah merancang kisi-kisi (matriks) tes. Kisi-kisi tes merupakan ‘blue print’ dari penilaian, yang memuat pokok-pokok bahasan dan sub-pokok bahasan, jenjang kemampuan (kognitif 1 s/d 6) yang akan dipenilaian, tingkat-tingkat kesukaran dari butir soal, jumlah butir soal keseluruhan.

3.3. Perancangan Tes

Untuk memperoleh hasil penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan, diperlukan suatu tes yang valid yang terdiri dari butir-butir soal yang sesuai dengan popok bahasan atau sub pokok bahasan yang telah disusun pada SAP atau GBPP beserta tingkatan ranah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang diinginkan dicapai oleh mahsiswa.
Perancangan tes sebainya mempertimbangkan beberapa hal yaitu :

3.2.a. Pengambilan sample dan pemilihan butir soal

Sampel yang diambil sebagai bahan tes harus representatif dan bisa mewakili keseluruhan ilmu yang diajarkan. Keseluruan ilmu tersebut telah disusun dalam bentuk pokok bahasan yang telah disepakati sebelum perkuliahan tersebut dimulai. Untuk mendapat butir-butir soal dari sampel, ada baiknya bidang studi itu dibagi secara detil ke dalam subpokok bahasan terkecil ( specifik content areas ). Dengan demikian dapat disusun butir-butir soal yang idealnya memasuki semua subpokok bahasan tersebut, walaupun dengan jumlah butir soal yang bervariasi untuk setiap subpokok bahasan.

3.2.b. Tipe tes dan Format butir soal yang digunakan

Tipe soal yang dirancang( problema matematik, tipe esai, tipe obyektif dengan segala variasinya) haruslah mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan setiap tipe soal. Tipe soal yang dipilih disesuaikan pula dengan pencapaian ranah dan tingkatannya yang diinginkan. Sebaiknya dihindari pemilihan salah satu dari tipe-tipe tes karena didasari alasan kemampuan dan waktu yang dimiliki dosen yang bersangkutan, tetapi tipe soal itu dipilih karena alasan pertimbangan kemampuan dan aspek yang ingin diukur dari mahsiswa.
Rancangan tes ini juga dapat merupakan gabungan dari berbagai jenis tipe soal.Tipe dan format tes ini juga sering memertimbangkan jumlah mahasiswa dan tujuan tes itu sendiri. Misalnya untuk tes seleksi yang diikuti sejumlah besar peserta lebih cocok menggunakan tipe tes obyektif. Tapi bila penilaian yang diinginkan adalah untuk menilai pola pikir dan argumentasi mahasiswa pada setiap tahap jawaban yang dibuat, maka tipe esei lebih dianjurkan.

3.2.c. Aspek kemampuan yang Diuji dan Tingkat Kesukaran Butir Soal

Aspek kemampuan yang diuji ini harus benar-benar sinkron dengan pencapaian mahasiswa seperti yang diharapkan pada tujuan instruksional setiap pokok bahasan yang sudah tersusun dalam SAP ataupn GBPP. Tidak boleh dirancang tes yang menyimpang dari ranah dan tingkatannya yang telah diajarkan. Tingkat kesukaran butir soal bisa saja berada pada ranah yang lebih rendah ( tidak boleh dibuat yang lebih sukar atau dengan tingkat yang lebih tinggi) dibandingkan tingkat ranah yang ada pada TIU / TIK tersebut. Misalnya bila pada TIK dikehendaki pencapaian mahasiswa pada ranah kognitif C4, maka soal harus maksimal hanya sampai ranah C4 saja., tidak boleh C5 ataupun C6. Distribusi tingkat kesukaran sebaiknya memiliki tingkat kesukaran disekitar angka 0,5 agar didapatkan perbedaan yang bermakna antara mahasiswa yang telah belajar dengan baik dan mahasiswa yang kurang belajar. ( angka tingkat kesukaran dapat dicari dari jumlah mahasiswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah seluruh mahasiswa peserta tes.)

3.2.d. Jumlah butir soal

Jumlah butir soal yang dirancang idealnya harus mampu mencakup semua materi yang ada pada setiap subpokok bahasan, walaupun dengan komposisi yang bervariasi disesuaikan pada penekanan yang dikehendaki oleh dosen penyusun. Juga perlu dicermati waktu yang dialokasikan untuk tes tersebut. Jumlah butir soal jangan sampai tidak bisa dijawab karena kekurangan waktu, sebaliknya juga tidak menyisakan waktu terlalu banyak. Setiap dosen harus cermat menentukan lamanya waktu yang disediakan kepada mahasiswa untuk dapat menjawab satu butir soal secara tuntas. Dengan melihat jumlah waktu total untuk pelaksanaan tes, maka dapat ditetapkan jumlah butir soal yang diujikan.
Jumlah butir soal ini haruslah dirancang untuk jumlah keseluruhannya, untuk jumlah setiap subpokok bahasan, untuk jumlah setiap format dan untuk jumlah setiap ranah dengan tingkat kesukarannya. Untuk tujuan ini akan sangat membantu bila perancangan tes dimulai dengan membuat tabel spesifikasi tes atau kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes tersebut setidak-tidaknya berisi pokok / subpokok bahasan, ranah yang diuji dan tingkat kesukaran dari masing-masing butir tes, jumlah dan komposisi butir-butir soal. ( kisi-kisi tes dapat dilihat pada lampiran ).

2.4. Pelaksanaan Tes.

Pelaksanaan tes harus sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Semua kondisi kondusif untuk pelaksanaan tes haruslah telah disiapkan dengan baik Ruangan dan tempat duduk peserta tes sedemikian rupa untuk mencegah adanya usaha-usaha yang tidak fair. Pelaksanaan tes juga harus telah menetapkan apakah tes tersebut tertutup ataukah terbuka ( Open atau Close books ), tes yang dilaksanakan terencana atau dadakan ( mahasiswa tidak diberitahu sebelumnya kapan tes tersebut diadakan ), tes lisan atau tes tertulis atau tes praktek.
Dalam pelaksanaan tes tersebut seorang dosen mempunyai hak penuh untuk mengatur semuanya itu. Yang penting barangkali, kebijakan yang diambil telah ada di dalam setiap kontrak perkuliahan dan ketentuan-ketentuan tersebut.telah disosialisasikan sebelumnya.

2.5. Bentuk Tes

Tes dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kelompok. Bila dilihat dari konstruksinya, pada umumnya tes dapat diklasifikasikan dalam bentuk tes uraian ( essay test ) dan tes obyektif ( objective test ). Setiap bentuk-bentuk tes ini memiliki beberapa variasi, misalnya tes uraian terbatas dan tes uraian bebas ( restricted & extended assay ). Sedangkan tes obyektif memiliki variasi seperti tes obyektif benar salah ( true-false ), tes obyektif menjodohkan ( matching ) dan tes obyektif pilihan ganda ( multiple choise ).
Yang membedakan tipe soal obyektif dan uraian adalah dalam hal siapa yang menyediakan jawaban atau alternatif jawaban dari butir-butir soal tersebut. Jawaban tes obyektif disediakan oleh orang yang mengkonstruksi butir soal ( mahasiswa dapat memilih jawaban yang diminta dari jawaban atau beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan ). Sedangkan bentuk tes uraian jawabannya harus diberikan sendiri oleh peserta tes. Setiap mahasiswa peserta tes dapat memilih, menghubungkan dan menyampaikan gagasannya dengan mengunakan kata-kata sendiri.

Menurut ragamnya, bentuk tes-tes diatas dapat dipilah lagi ke dalam ragam tes :

2.5.a.Tes uraian terbatas :
- ragam tes jawaban singkat
- ragam tes melengkapi
- ragam tes uraian terbatas sederhana

2.5.b. Tes uraian bebas:
- tes uraian bebas sederhana
- tes uraian ekspresif

2.5.c. Tes obyektif benar salah :
- tes benar salah sederhana
- tes benar salah koreksi

2.5.d.Tes obyektif menjodohkan :
- tes menjodohkan sederhan
- tes menjodohkan sebab akibat

2.5.e. Tes obyektif pilihan ganda :
- pilihan ganda biasa
- pilihan ganda hubungan antar hal
- pilihan ganda analisis kasus
- pilihan ganda kompleks
- pilihan ganda membaca diagram.

Pada hakekatnya tidak bisa dikatakan baik bentuk tes uraian ataupun tes tertulis, yang satu lebih baik dari yang lainnya, tetapi masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri-sendiri.

2.6.Frekuensi Tes

Yang dimaksud dengan frekuensi tes adalah seberapa sering tes dilaksanakan untuk kurun waktu satu semester. Pada prinsipnya makin sering tes dilaksanakan maka obyektivitas penilaian akan semakin baik. Setidaknya dianjurkan tes dilaksanakan minimal 3 kali, yaitu tes tengah semester untuk menguji setengah atau sebagian dari bahan perkuliahan, tes akhir semester untuk menguji sebagian sisanya dan terakhir adalah ujian akhir yaitu untuk menguji keseluruhan bahan ilmu yang diajarkan. Mengenai bobot penilaian masing-masing tahap tes tersebut diserahkan kepada kebijaksanaan masing-masing pengasuh ilmu tersebut dengan mempertimbangkan bobot atau penekanan-penekanan dari materi perkuliahan yang diberikan.

2.7.Norma Penilaian

Norma penilaian disini dikaitkan dengan dua pendekatan yang berlaku dalam penilaian hasil pembelajaran yaitu : Penilaian Acuan Norma ( PAN ) dan Penilaian Acuan Patokan ( PAP).

2.7.a. Pendekatan Penilaian Acuan Norma ( PAN ).

Nilai sekelompok mahasiswa dalam satu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok tersebut. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok tersebut.
Tahapan yang dilakukan untuk pendekatan ini adalah sbb. :
- buat tabel yang berisi nilai mentah yang diperoleh setiap
mahasiswa, lalu tentukan nilai tertinggi dan terendahnya
- beri skor tertinggi untuk nilai tertinggi dan skor terendah untuk nilai
terendah ( mis. Skor 10 – 1) . Nilai-nilai diantaranya diberikan skor
diantara tertinggi dan terendah secara proporsional.

Bilamana jumlah mahasiswa peserta tes banyak sekali ( ratusan orang ), maka untuk memberi nilai kepada masing-masing mahasiswa digunakan statistik sederhana dengan menentukan nilai rata-rata dan simpangan baku nilai mentah kelompok tersebut. Dari sini akan didapat penyebaran kemampuan kelompok besar mulai dari yang paling pandai, pandai, sedang, kurang dan sangat kurang. Penyebaran ini juga dapat digambarkan dalam bentuk kurva Normal.
Untuk memperoleh skor penilaian
- tabelkan nilai mentah semua mahasiswa
- tentukan harga rata-rata kelompok ( mean )
- tentukan simpangan bakunya (SB)
- konversikan nilai mentah kedalam skor 10 – 1 sbb;

• skor rata-rata + 2.25 SB………skor = 10
• skor rata-rata + 1.75 SB………skor = 9
• skor rata-rata + 1.25 SB………skor = 8
• skor rata-rata + 0.75 SB………skor = 7
• skor rata-rata + 0.25 SB………skor = 6
• skor rata-rata - 0.25 SB….……skor = 5
• skor rata-rata - 0.75 SB………skor = 4
• skor rata-rata – 1.25 SB………skor = 3
• skor rata-rata - 1. 75 SB………skor = 2
• skor rata-rata + 2.25 SB………skor = 1

2.7.b. Pendekatan Penilaian Acuan Patokan ( PAP )
Dalam pendekatan Penilaian acuan Patokan, kelulusan seseorang ditentukan oleh sejumlah patokan. Seseorang akan dinyatakan lulus bila telah memenuhi patokan tersebut dan sebaliknya tidak lulus bila belum memenuhinya. Patokan dalam proses pembelajaran selalu mengacu pada tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus ( TIU dan TIK ). Dengan demikian kelulusan seseorang ditentukan oleh tingkat penguasaan yang disesuaikan dengan tujuan instruksional. Jadi berbeda dengan penilaian acuan norma dimana nilai kelulusan seseorang ditentukan oleh kelompoknya.
Penilaian Acuan Patokan selalu digunakan dalam sistem belajar tuntas, yaitu sistem dimana menekankan pada semua tujuan instruksional. ( baik yang mudah ataupun yang sukar harus benar-benar dikuasai ). Misalnya seseorang dikatakan telah menguasai satu pokok bahasan bilamana ia telah mampu menjawab dengan betul 80 % dari seluruh butir soal yang disusunl dari pokok bahasan tersebut. Jawaban yang benar 80% atau lebih menyatakan bahwa ia lulus, sedangkan jawaban yang benar kurang dari 80 % menyatakan yang bersangkutan belum lulus.
Untuk mendapatkan skor penilaian baik yang lulus maupun yang tidak maka dibuat patokan hubungan rentang skor dan nilai dalam huruf seperti berikut;

Rentang skor Nilai
< 80% E
(80 – 85) % D
(>85 – 90)% C
(>90-95 ) % B
> 95 % A


2.8 Pengadministrasian Skor dan Nilai

2.9. Syarat dan Etika Penilaian

Penilaian adalah suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik menggunakan instrumen tes maupun non tes. Dan secara garis besar penilaian tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilian sumatif.
Ditinjau dari perlindungan hak dan rahasia pribadi setiap orang , proses penilaian adalah merupakan usaha-usaha campur tangan pihak lain terhadap diri seseorang, dan ini tentu akan menimbulkan kritikdari yang bersangkutan. Disamping itu upaya penilaian juga akan menimbulkan kecemasan, dan membatasi kreativitas mahasiswa. Untuk itu penilaian harus dilakukan dengan rasa penuh tanggung jawab, penuh etika penilaian. Dosen harus secara professional mampu membedakan ,mana tindakan etis dan tindakan tidak etis dalam pelaksanaan penilaian tersebut.

Praktek Penilaian Hasil Belajar yang etis terutama mencakup empat hal utama :

2.9.a. Kerahasiaan Hasil penilaian
Setiap dosen atau pengajar wajib melindungi kerahasiaan hasil penilaian, baik secara indivudal maupun secara kelompok. Hasil tersebut hanya dapat disampaikan kepada orang lain bila :
* ada kesepakatan sebelumnya antara penilai dan yang dinilai
* demi masalah hokum, dan
* bermanfaat untuk mahasiswa

2.9.b.Keamanan Penilaian
Penilaian hanya dapat dilakukan secara professional. Maka dengan demikian setiap dosen harus dapat menjamin keamanan penilaian, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaannya.

2.9.c. Interpretasi Hasil Penilaian
Hal yang paling memungkinkan terjadinya penyalahgunaan penilaian adalah saat penginterpretasian hasil penilaian. Jika dilakukan secara tidak bertanggung jawab dan tidak professional, maka dapat dikatakan bahwa penilaian tersebut sudah tidak patut dan keluar dari etika penilaian.

2.9.d. Penggunaan Penilaian
Penilaian Hasil Belajar haruslah digunakan penuh etika. Bila penilaian tertentu merupakan penilaian baku, maka penilaian tersebut harus digunakan dibawah ketentuan yang berlaku bagi pelaksanaan penilaian baku tersebut. Tidak ada penilaian baku yang boleh digunakan diluar prosedur yang ditetapkan oleh penilaian itu sendiri.

Disamping hal-hal diatas , ada beberapa hal yang harus dilakukan dosen dalam memenuhi etika penilaian diantaranya :- pelaksanaan penilaian harus diinformasikan terlebih dahulu pada mahasiswa, - diberikan petunjuk cara menjawab yang sejelas-jelasnya kepada mahasiswa, - mampu memotivasi mahasiswa dalam mengikuti penilaian dengan baik, - tidak ikut dalam praktek bimbingan / atau kursus yang diperkirakan akan mengganggu proses belajar mahasiswa ( terutama bila terlibat dalam penyusunan bahan tes ), - tidak melakukan diskriminasi, - tidak melanggar kesepakatan –ksepakatan yang telah ditentukan pada petunjuk penilaian dan tidak memberikan penjelasan-penjelasan tambahan yang justru membuat mahasiswa semakin cemas atau grogi.

2.10. Perbaikan Nilai

Yang dimaksud dengan perbaikan nilai adalah hak yang dimiliki mahasiswa untuk menempuh suatu upaya agar nilai yang diperoleh sebelumnya dapat diperbaiki menjadi nilai yang lebih baik. Institusi pendidikan sebaiknya menyusun ketentuan-ketentuan menyangkut perbaikan nilai ini. Setiap mahasiswa boleh memperbaiki nilainya dengan mengikuti tes ulangan pada kesempatan lain diluar jadwal reguler semesternya untuk seluruh materi pokok bahasan tersebut. Untuk menjamin bahwa mahasiswa mengikuti ujian perbaikan ini dengan sungguh-sungguh dan tanggung jawab, maka apapun hasil penilaian yang didapat dari ujian ini haruslah ditetapkan sebagai nilai akhir yang dimiliki mahasiswa.

2.11. Remedi











2.12. Remedi

Remedi pada suatu mata kuliah, adalah pengulangan proses belajar mengajar untuk beberapa pokok bahasan yang paling tidak dikuasai oleh sekelompok mahasiswa. Dari hasil jawaban tes mahasiswa , dapat dikaji kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh mahasiswa terhadap pokok-pokok bahasan tersebut, yang nantinya dipakai untuk titik tolak perbaikan dalam proses belajar mengajar pada program remedi.
Program remedi bertujuan untuk membantu pemahaman dan kinerja mahasiswa yang tidak dapat mencapai tujuan instruksional khusus (TIK) yang ditunjukkan oleh rendahnya nilai pada tes mata kuliah itu sebelumnya. Program remedi dilaksanakan bila separuh atau lebih populasi mahasiswa memperoleh nilai kurang. Program remedi ditawarkan kepada mahasiswa, dan pelaksanaanya dilakukan pada saat alih semester, yang diakhiri oleh tes akhir program remedi. Nilai tes remedi merupakan komponen untuk mengangkat nilai akhir dari mahasiswa itu untuk mata kuliah tersebut.


III. PENILAIAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Secara umum, ada dua macam penilaian yang kita kenal, yakni PENILAIAN HASIL BELAJAR (disebut juga Penilaian Substantif, atau sering pula populer dengan sebutan Tes dan Pengukuran Hasil Belajar), dan Penilaian Proses Belajar Mengajar (PBM), disebut Penilaian Manajerial.

Kedua macam penilaian tersebut merupakan komponen¬ yang sangat penting dalam suatu PBM sebab berbagai masukan yang diperoleh dan proses penilaian tersebut dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan ke!emahan berbagai komponen yang terdapat dalam suatu PBM. Informasi tersebut berguna dalam memperbaiki kualitas PBM. Hasil-hasil penilaian bermanfaat dalam mengoptimalkan proses belajar mahasiswa.

Pentingnya Evalüasi

Penilaian menempati posisi yang sangat strategis dalam proses belajar-mengajar, sehingga tidak ada satu pun usaha untuk memperbaiki mutu PBM yang dapat dilakukan dengan baik tanpa disertai langkah penilaian. Tetapi, manfaat penilaian tidak hanya terbatas pada “peningkatan kualitas PBM”, meskipun manfaat ini ada!ah manfaat yang terpenting.

Tiga man faat
Ada tiga manfaat penilaian dalam PBM, yaitu: (1) memahami sesuatu; (2) membuat keputusan; dan (3) meningkatkan kualitas PBM.

(1) Memahami Sesuatu
Seorang dosen membutuhkan berbagai informasi tentang sesuatu agar proses perkuliahan yang akan dilakukan akan berjalan secara optimal. Misalnya, seorang dosen membutuhkan informasi yang cukup tentang calon mahasiswa yang akan diajamya sehingga mampu menentukan pengetahuan awal -(entry behavior) yang dimiliki mahasiswa atau hal-hal lain secara tepat.Dosen mungkin juga melakukan penilaian terhadap keberadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam perkuliahan. Dosen juga merasa perlu memahami dirinya sendiri.

3.1. Penilaian terhadap Proses Mengajar Dosen meliputi:
1. Apakah ada hal-hal yang perlu saya lakukan untuk meningkatkan diri saya sebagai dosen?
2. Apakah perkuliahan berikutnya akan sama saja dengan perkuliahan yang sudah saya lakukan selama 15 tahun terakhir ?
3. Apakah persiapan saya dalam semester berikut sudah cukup memadai?

(2) Membuat Keputusan
Seorang dosen dapat melakukan penilaian PBM hanya setelah perkuliahan selesai (di akhir semester). Hal tersebut tidak ada salahnya dan sangat dianjurkan dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas PBM di perkuliahan berikutnya.
Beberapa contoh pertanyaan yang biasa diajukan dosen adalah:
1. Bagaimana pendapat mahasiswa terhadap PBM selama satu semester mi?
2. Apakah PBM selama satu semester mi sesuai dengan rencana PBM yang sudah saya buat di awal semester? Jika ada perubahan, apakah bentuk perubahan itu dan mengapa terpaksa berubah?
3. Apakah tim dosen dalam mata kuliah telah bekerja dengan baik dan kompak?

Semua jawaban terhadap pertanyaan di atas dapat digunakan untuk membuat keputusan, misalnya, apakah tim dosen yang sekarang ada perlu diperbaiki formasinya, apakah strategi PBM yang dipakai perlu diganti dengan yang lain, atau apakah cara mengajar dosen perlu diubah.

(3) Meningkatkan Kualitas PBM
Sebagian atau seluruh hasil penilaian akhir semester dapat digunakan sebagai bahan renungan penilaian untuk memperbaiki PBM di perkuliahan berikutnya. Pertanyaan¬ yang penting diajukan antara lain:
1. Duapuluh persen rnahasiswa temyata gagal lulus dalam mata kuliah. Apa penyebabnya?
2. Sebagian besar mahasiswa (melalui jawaban kuesioner) mengatakan bahwa saya sangat menguasai materi perkuliahan. Tetapi, sebagian besar juga mengatakan bahwa cara mengajar saya kurang sistematis.Benarkah kesimpulan mahasiswa ? Jika benar, bagaimana perkuliahan yang mana yang tidak sistematis?
3. Mahasiswa mengatakan bahwa saya tidak menggunakan media instruksional dengan baik. Apa yang perlu saya lakukan untuk memperbamki keadaan ?

V. Objek
Secara lengkap, suatu proses pembelajaran mencakup tiga komponen, yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output).
Contoh (objek) yang perlu dipenilaian yang termasuk input adalah:

Mahasiswa (Bagaimana entry behavior yang dimiliki mahasiswa?)
Materi perkuliahan (Apakah bahan perkuliahan yang akan digunakan dalam mata kuliah cukup relevan dan mutakhir?)
Sarana perkuliahan (Apakah ruang kuliah cukup memadai? Apakah bahan-bahan dan alat-alat praktek sudah tersedia?
Dosen (Apakah semua anggota tim dosen sudah memahami tugas dan kewajiban mereka dalam mata kuliah ?)
Kurikulum (Apakah isi Garis-garis Besar Program Pengajaran tidak perlu direvisi?)
Strategi perkuliahan (Strategi apakah yang paling cocok untuk mata kuliah ?)

Contoh-contoh objek yang perlu dipenilaian yang termasuk dalam komponen proses adalah:

Strategi perkuliahan (Apakah strategi yang digunakan dalam mata kuliah telah terbukti efektif?)
Media Instrukslonal (Apakah media yang ada telah dimanfaatkan secara optimal?)
Cara mengajar dosen (Apakah cara mengajar dosen dalam mata kuliah telah berhasil membantu mahasiswa belajar secara balk?)
Cara belajar mahasiswa (Apakah cara belajar mahasiswa dalam mata kuliah efektif)

Objek penilaian yang termasuk dalam komponen output adalah hasil belajar mahasiswa (Bagaimana prestasi mahasiswa dalam mata kuliah ?). Dalam hal ini, penilaian terhadap komponen terakhir umumnya dilakukan terpisah dengan objek penilaian lainnya. Penilaian terhadap output PBM adalah PENILAIAN HASIL BELAJAR mahasiswa dan disebut sebagai “Tes dan pengukuran basil belajar”.

Proses Penilaian

Secara umum, ada beberapa tahapan yang hampir selalu dilalui dalam suatu proses penilaian, yakni penentuan tujuan penilaian, desain penilaian, pengembangan instrumen, pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, dan semua langkah tersebut ditutup dengan kegiatan tindak lanjut. Proses tersebut terbentuk dalam beberapa tahap.

Tahap Pertama: Penentuan Tujuan Penilaian

Pada tahap pertama, semua tujuan penilaian ditentukan. Proses ini sangat penting sebab tahap inilah yang akan sangat menentukan corak dan proses penilaian secara keseluruhan. Dengan tujuan-tujuan yang jelas maka langkah-langkah berikutnya dapat dengan mudah diramalkan.
Formulasi tujuan tidak harus berbentuk peryataan, tapi bisa juga dalam bentuk pertanyaan. Yang penting, tujuan harus jelas sehingga mampu ‘menjelaskan dirinya sendiri’dan terjabarkan dalam bahasa dan langkah operasional sehingga mudah dipahami, dilaksanakan dan diukur.

Beberapa contoh tujuan penilaian:
Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap kemampuan dosen dalam hal menyelenggarakan PBM?
Menurut mahasiswa dan rekan-rekan dosen, apakah media yang saya gunakan dalam PBM sudah
sesuai dengan kebutuhan, serta efisien-efektif?
Tujuan penilaian mi adalah untuk mencari masukan dan administrator, rekan dosen, dan mahasiswa tentang masalah-masalah yang biasa muncul dalam kegiatan KKN.
Untuk memudahkan pekerjaan, suatu matriks dapat dibuat yang berisi informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan tahap penentuan tujuan. Pada tahap ini, matriks yang dimaksud hanya berisi tiga kolom, yaitu kolom nomor, informasi yang dibutuhkan, dan indikator.

Tahap Kedua: Desain Penilaian

Indikator penguasaan dosen terhadap materi kuliah, kemampuan menjelaskan, kemampuan bertanya, kemampuan dosen berdialog dengan mahasiswa, kemutakhiran bahan bacaan, sistematika urutan materi kuliah, mutu tugas/latihan, mutu soal-soal ujian, dan lainnya.
Jika tujuan penilaian sudah ditentukan, maka tahap berikutnya, perancangan (desain) penilaian mulai dilakukan. Ada dua hal yang diperlukan, yakni pendekatan penilaian apa yang paling tepat agar tujuan-tujuan penilaian yang sudah ditentukan dapat tercapai secara optimal dan siapa yang akan melakukan penilaian.

Dua hal penting dalam desain penilaian

Penilaian ini bisa dilakukan oleh orang luar (external evaluator) atau orang dalam (internal evaluator. Jika penilaian dilakukan oleh orang luar (konsultan, ahli penilaian yang disewa, dosen lain, mahasiswa dan sebagainya), maka proses penilaian akan berjalan secara lebih objektif dan akan memberikan hasil yang lebih objektif. Kerugiannya, proses penilaian akan lebih lama dan bertele-tele. Disamping itu, ketenlibatan orang luar akan dianggap sebagai intervensi terhadap urusan dosen bersangkutan sehingga otonomi dosen terganggu.

Jika orang dalam (misalnya dosen itu sendiri) yang mengadakan penilaian, proses penilaian akan lebih cepat dilakukan dan lebih sedikit memakan biaya. Tapi kemungkingan akan memberikan hasil yang lebih subjektif. Untuk mencegah beberapa kelemahan yang ada, biasanya orang dalam dan orang luar dipakai bersama-sama.

Tahap Ketiga: Pengembangan Instrumen Penilaian

Setelah tujuan penilaian dan desain diselesaikan, tahap selanjutnya adalah membuat instrumennya. Ada empat macam instrumen yang digunakan dalam suatu penilaian PBM, yakni kuesioner, interviu, observasi, dan reviu dokumen.

Pertanyaan-pertanyaan interviu bersifat terbuka dan fleksibel. Observasi atau pengamatan sudah cukup populer. Sedangkan reviu dokumen adalah cara menggali informasi dengan jalan meneliti berbagai dokumen (kurikulum, buku teks, rencana mengajar, peraturan-peraturan tertulis dan sebagainya).

Tahap Keempat: Pengumpulan Data
Data atau informasi bisa terkumpul hanya jika sumber informasi mau memberikan informasinya kepada evaluator. Hal tersebut bergantung pada macam informasi yang hendak dikumpulkan. Ada informasi deskriptif seperti peraturan-peraturan, kebijakan, rencana, dan lainnya yang kesemuanya secara objektif sudah ada.Tapi ada pula jenis informasi berupa penilaian seperti pendapat, kepercayaan, nilai-nilai yang dianut, yang lebih bersifat subjektif. Maka, tidak berlebihan jika evaluator juga dituntut untuk mempunyai keterampilan berkomunikasi yang balk. Evaluator dituntut untuk memiliki sifat kreatif. Kreatif dalam berkomunikasi, kreatif dalam hubungan masyarakat, kreatif dalam menggunakan sarana yang ada untuk mencapai tujuan penilaian seoptimal mungkin. Jarang terjadi seorang evaluator mendapatkan semua sarana yang dia butuhkan. Dalam kenyataan sehari-hari,selalu terdapat kekurangan-kekurangan seperti kurangdana, kurang waktu, kurang bantuan moral, dan bahkan tidak jarang evaluator menghadapi tantangan yang sifatr yang jelas, frontal, tidak tanggung-tanggung.

Tahap Kelima: Analisis dan lnterpretasi Data

Langkah berikutnya adalah menganalisis dan menafsirkan data yang terkumpul. Proses menganalisis data dapat dilakukan dengan lebih cepat dan lebih mudah. Meskipun demikian, tingkat kerumitan analisis dan interpretasi data juga tergantung dari keluasan tujuan penilaian dan kerumitan instrumen. Jika tujuan penilaian sederhana, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data juga sangat sederhana, maka analisis dan interpretasi data juga akan sangat sederhana.
Tetapi, jika program komputer untuk menganalisis data tersedia, maka proses data akan berlangsung cepat dan (biasanya) lebih teliti.




Tahap Keenam: Tindak Lanjut

Sedikitnya ada tiga hal yang dapat dilakukan setelah proses penilaian selesai dilaksanakan, yaitu: (1) melaporkan hasil penilaian, (2) mengambil keputusan inshuksional, dan (3) mengadakan meta penilaian.

Pelaporan
Adakalanya hasil penilaian harus dilaporkan atau tidak. Jika hasil penilaian harus dilaporkan, maka harus penilaian ditentukan bagaimana dan kepada siapa hasil itu dilaporkan. Proses tersebut tidak selalu mudah dilakukan. Kalau pun tidak sukar menentukan bagaimana, seringkali tidak mudah menentukan apa yang perlu dilaporkan dan kepada siapa laporan itu ditujukan. Beberapa informasi mungkin hams diketahui oleh beberapa orang seperti Dekan, Ketua Jurusan, dsb. Tapi informasi yang sama mungkin tidak ada gunanya diketahui oleh personil yang mempunyai tingkatan jabatan lebih rendah.

Mengambil keputusan instruksional.
Jika hasil penilaian menunjukkan bahwa suatu metode pengajarar tertentu ternyata tidak efektif, maka evaluator seyogianya mengambil tindakan yang perlu untuk memperbaiki kekurangan yang ada, jika perlu mengganti sama sekali metode yang tidak efektif itu dengan metode lain.

Meta penilaian
Penilaian terhadap penilaian inilah yang disebut meta penilaian. Dalam hal ini, perlu dijawab apakah proses penilaian telah berjalan sesuai dengan rencana, apakah semua tujuan penilaian sudah tercapai, dan sebagainya. Orang luar atau orang dalam dapat mengadakan meta penilaian ini. Dari semua langkah dalam proses penilaian, langkah terakhir inilah yang paling jarang dilakukan. Dalam banyak hal, proses penilaian dianggap selesai jika hasil penilaian telah dilaporkan. Meta penilaian baru direncanakan bila terdapat hasil-hasil penilaian yang dirasa tidak sesuai dengan harapan atau hasil penilaian begitu buruknya atau sebaliknya yang memungkin klien akan bertanya tentang metode yang dipakai atau evaluatomya yang tidak kompeten, atau ada faktor-faktor lain yang dicurigai. Dalam proses yang ideal, meta penilaian harus tetap dilakukan.

Di Indonesia, penilaian pendidikan belum populer karena beberapa hal. Pertama, kata penilaian itu masih dianggap mempunyai konotasi negatif dan dianggap sama dengan proses mencari kesalahan orang lain atau yang semacàm itu. Kedua, secara historis, paling tidak di dunia pendidikan, proses penilaian belum menjadi bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tes dan pengukuran basil belajar mahasiswa jelas hanya secuplik dan proses penilaian itu. Jika diadakan suatu program pendidikan, misalnya, jarang terjadi penilaian program dilibatkan dengan sungguh-sungguh dalam proses perencanaannya. Maka, jika program tersebut gagal tidak banyak yang kita ketahui, kenapa atau apa yang menyebabkan program tersebut gagal atau berhasil. Ketiga, penilaian pendidikan tidak populer sebab belum banyak evaluator yang benar-benar kompeten dalam bidangnya.
Dari ketiga kendala tersebut, mungkin kendala jenis pertamalah yang paling sulit diatasi sebab masalah itu lebih berhubungan dengan sifat dan sikap serta mental sosial budaya yang dominan dalam masyarakat. Kendala kedua dan ketiga relatif lebih mudah diatasi sebab kedua kendala lebih berhubungan dengan pendidikan formal.


PENILAIAN PROGRAM PERKULIAHAN
(Diisi oleh Mahasiswa)

Kuesioner ml dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang cara mengajar dosen dalam perkuliahan yang Anda ikuti.

Petunjuk: Lingkarilah angka yang sesuai dengan pendapat Anda untuk setiap pertanyaan di bawah ini.

Angka 1 sampai dengan 4 pada skala jawaban mempunyai nilai sebagai berikut:
1 = Kurang 3 = Baik
2 = cukup 4 = Sangat baik

Nilai Nilai
No Aspek (Iingkari) (dipindahkan)
1. Cara dosen menyampaikan tujuan 1 2 3 4
perkuliahan
2. Pemberian bimbingan 1 2 3 4
3. Keterampilan memandu diskusi 1 2 3 4
kelompok
4. Penguasaan dosen terhadap materi 1 2 3 4
5. Memberikan motivasi kepada 1 2 3 4
mahasiswa urituk belajar
6. Kemampuan dosen memonitor 1 2 3 4
kegiatan kelompok
7. Kepuasan Anda tentang nilai yang 1 2 3 4
diberikan dosen
8. Memberikan contoh-contoh 1 2 3 4
9. Menggunakan media belajar 1 2 3 4
10. Variasi metode mengajar 1 2 3 4
TOTAL SKOR
RATA-RATA


KEBIASAAN BELAJAR MAHASISWA
(Format Observasi)
(Diisi oleh Dosen atau orang lain)

Kuesioner dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang kebiasaan belajar mahasiswa.

Petunjuk: Lingkarilah angka yang sesuai dengan pendapat Anda untuk setiap pertanyaan di bawah ini.

Angka 1 sampai dengan 4 pada skala jawaban mempunyai arti sebagai berikut:
1 = Kurang 3 = Baik
2 = Cukup 4 = Sangat balk

No Aspek Nilai (lingkari)
1. Jumlah pertanyaan mahasiswa 1 2 3 4
2. Kualitas pertanyaan mahasiswa 1 2 3 4
3. Cara menjawab pertanyaan dosen di 1 2 3 4
kelas
4. Kepatuhan mahasiswa mengerjakan 1 2 3 4
tugas
5. Kealctifan dalam diskusi 1 2 3 4
6. Keaktifan dalam kegiatan kelompok 1 2 3 4
7. Cara bertanya dan menjawab perta- 1 2 3 4
nyaan dalam diskusi
8. Kelengkapan buku-buku pelajaran 1 2 3 4
9. Perhatian mahasiswa pada keselu- 1 2 3 4
ruhan jalannya perluliahan
10. Prosentase kehadiran mahasiswa 1 2 3 4
TOTAL SKOR
RATA-RATA


Berikui ini disajikan beberapa contoh instrumen yang digunakan untuk mengpenilaian proses belajar-mengajar. Contoh:
1.Apakah materi perkuliahan untuk mata kuliah telah cukup lengkap? Jelaskan jawaban Anda.
2.Apakah materi kuliah mutakhir (up-to-date)? Jelaskan komentar Anda.
3.Apa kelebihan dan kekurangan materi kuliah ?












Panduan Wawancara
(Untuk Rekan Dosen)


KUESIONER
(Untuk Mahasiswa)


Berikan penilaian Anda terhadap hal-hal berikut dengan cara melingkari angka yang sesuai dengan pendapat Anda. Arti angka adalah: 4=baik sekali; 3=baik; 2=cukup; 1=buruk.

Kuesioner mi hanya berlaku untuk mata kuliah yang sedang Anda ikuti saat ini.

Perhatian dosen terhadap kemampuan belajar mahasiswa.
Cara dosen mengelola kelas
Penguasaan dosen terhadap isi mata kuliah
Antusiasme (rasa tertarik) dosen terhadap mata kuliah
Antusiasme dosen terhadap proses belajar mengajar di kelas
Kemauari dan kemampuan dosen dalam membantu mahasiswa dalam proses belajar
Kejujuran dan keterbukaan dosen terhadap mahasiswa
Objektifitas dosen dalam Penilaian Hasil Belajar (prestasi akademik) mahasiswa
Kualitas bahan ajar perkuliahan
Kualitas soal-soal ujian yang dibuat dosen
Penggunaan media belajar
Pemahaman Anda terhadap materi kuliah yang diterangkan dosen
Rasa tertarik Anda terhadap mata kuliah
Manfaat mata kuliah bagi Anda (membantu memahami, mata kuliah lain, untuk memecahkan masalah-masalah praktis di luar kampus, dan sebagainya)
Sebutkan dua hal yang sangat mendesak untuk diperbaiki dalam mata kuliah

No comments: